Wageningen, NL, 2019 |
Akhirnya menulis
lagi.
Aku sedang membaca buku yang sama untuk kali kedua, agar tidak menguap.
Selesai sudah crisis management protocol yang menyita sungguh keseluruhan waktu
dan pikiranku, oh sebenarnya belum selesai sih, draft-nya saja yang
dikumpulkan, yang berarti masih ada revisi! Tapi setidaknya, aku bisa bernapas
–menikmati sinar matahari dari jam 3 sore ini yang kuputuskan tidak kugunakan
karena sesuai tekadku, hari ini aku harus ke perpustakaan yang super tenang
itu! Aku harus membacanya lagi, menyarikannya, lebih cepat dari bayanganku,
karena jika tidak, ada berapa banyak lagi orang yang mencariku menanyakan buku
ini dan sudah pasti, itu akan menjadi tambahan pikiranku. Oke, sebenarnya aku
tidak sedang ingin menulis tentang buku itu –tunggu lain kali saja. Tapi
mungkin akan membahasnya sedikit, sebagai latar belakang, mengapa aku akhirnya
menulis lagi.
Halaman kesekian. Do it! Hal besar dimulai dari ratusan hal kecil. Kalau
sesuatu terlihat rumit, berhenti mengoceh dan lakukan sesuatu, walaupun anda
tidak tahu apa yang harus dilakukan. Lakukan saja sesuatu. Penulis buku ini
kemudian bercerita bahwa dia yang adalah penulis blog yang dikomersilkan hari
itu sedang sangat malas melakukan apapun, sangat tidak termotivasi –yang
berarti dia tidak mendapatkan inspirasi dari apapun atau siapapun. Namun, dia
paham dia harus merombak ulang blognya karena jika tidak, dia tidak mampu
membayangkan mungkin pembacanya akan bosan padanya yang monoton. Kemudian dia
mengubah sedikit to-do-list-nya dari merombak keseluruhan blognya menjadi hanya
mengganti gambar dan tulisan di header-nya. Mengapa? Karena itu sangat mudah,
mungkin hanya 2-4 menit –bagi blogger yang sudah selalu melakukannya beberapa
kali dalam tahun-tahun menulisnya di blog, jadi mengapa tidak dilakukan? Punya
alasan apa lagi? Dan voila, setelah melakukannya, dia kemudian berpikir “oh,
aku mungkin bisa sekalian mengganti bagian lainnya!” Hal kecil termudahnya
akhirnya mengantarnya menyelesaikan urusan yang dia pikir terlalu sulit
sehingga bisa ditunda sekian waktu.
Belum selesai di sana, dia memberi contoh lain. Ada seorang penulis lain
terkenal yang sedang melakukan konferensi pers atas karyanya, lalu ada
seseorang yang bertanya, “Bagaimana cara anda agar bisa menjadi penulis
terkenal?” Jawabannya mencengangkan dan menamparku sekilat itu, “Tulisan 200
kata sembarang, setiap hari.” OH!
Satu lagi, penulis buku ini menganjurkan kita untuk mengganti nilai-nilai
yang kita anut sebelum memutuskan untuk melakukan sesuatu yang menuntun ke arah
lebih besar pada akhirnya. Semacam? Ganti nilai jadi lebih sederhana! Aku
menulis agar menjadi penulis yang terkenal –bagus, tapi bagaimana kalau tidak
terwujud seperti demikian? Jauh lebih baik seperti ini: aku sama sekali tidak
takut gagal, jadi aku bebas menulis apapun, namanya juga masih belajar –jadi
tidak ada rasa sedih, kecewa berat, dan stress kalau tulisan yang baru saja
diketik tidak ada bagus-bagusnya (menurut diri sendiri).
Deal? Berangkat! Toh, aku harus melakukan sesuatu yang kecil sekarang, hal
apa lagi yang aku takutkan karena aku sadar aku sedang belajar dan tidak takut
gagal?