Desain

Bermain bersama adek-adek kecil itu tidak pernah tidak menyenangkan, tidak pernah mengecewakan. Itu sih perkara mindset dan satu lagi, senyuman tulus mereka. Mereka hampir selalu menyambut dengan hangat dan tanpa motif, tidak seperti sebagian orang dewasa.
Hari itu aku yang bagian kecil dari komunitas keren Ambatik Nawasena ikut ke sekolah untuk berbagi wawasan masa depan. Ada Mas Toto yang ternyata benar-benar cekatan, solutif, dan inisiatif juga yang ikut membantu. Bawaanku banyak, aku terlalu bersemangat mengenalkan sesuatu yang pasti masih belum banyak diketahui atau mendapatkan perhatian lebih dari adek-adek SD. Padahal ini seru sekali –dan semoga menambah wawasan seperti apa keterampilan/ pekerjaan masa depan di luar biasanya. Yes, my former job descriptions! All about packagings and designs.

Awalnya, aku ceritakan sedikit tentang alat-alat yang menjadi temanku sehari-hari –pantone, kaca pembesar/ lup, penggaris, utamanya. Beralih tas, aku mengeluarkan beberapa bentuk packagings dan memperkenalkannya. Kaleng, karton, kardus, strip, blister, kaca, plastik gelas dan botol, sachet, tube, kertas, pouch, kesemuanya berjajar di atas meja. Sampai di tahap ini, adek-adek masih mendengarkan dengan baik. Mereka bahkan menjawab dengan sangat antusias hingga berteriak ketika kutanya “Hayoo, ini apa?”
Kemasan memang tidak bisa jauh dari desain. Desain pada kemasan menambah keyakinan konsumen terhadap barang yang dibeli. Desain mengakomodir informasi yang ingin disampaikan produsen, desain membantu pemasaran, desain dan kemasan satu kesatuan. Kalau boleh jujur, ini bagian yang paling menyenangkan dari pekerjaanku. Bermain dengan aplikasi desain dan warna, aku pun banyak belajar hal baru yang justru sudah di luar kepala bagi anak DKV. Kalau dipikir di titik ini, rasanya Tuhan punya maksud membuatku berkecimpung dan belajar dunia desain yang menjadi passion-ku, hal detailnya belum bisa kupastikan.

Kubagikan kertas jaring-jaring yang sudah kulipat sebelumnya bersama Mas Toto agar menghemat waktu. Adek-adek kubagi menjadi tiga kelompok dengan jumlah lima orang per kelompok –maklum kelasnya kecil, sekolahnya juga bukan di kota besar yang mungkin bisa mendapatkan murid hingga tiga puluh ke atas. Instruksinya, mereka bebas membuat desain apapun pada kemasan mereka. Lucu sih melihatnya, rata-rata mereka terinspirasi oleh bungkus coklat, ada juga yang permen, susu, sampai pasta gigi. Aku iseng bertanya, walaupun aku mungkin tahu jawabannya. “Lho, teman-temannya buat desain kemasan coklat, kok beda sendiri yang ini?” “Iya kak, kaya yang kakak bilang! Masa coklat semua, nanti giginya bolong. Abis makan coklat, langsung deh gosok gigi pakai ini.”
Hari semakin siang. Hatiku gembira menyaksikan kreativitas adek-adek SD itu. Kuyakin Mas Toto juga demikian. Di akhir, aku malah sempat-sempatnya memperkenalkan barcode, expired date, dan tulisan harga pada kemasannya. Ya, kemasannya semakin hidup. Terima kasih adek-adek, tumbuh besarlah perlahan, bebaskan kreativitas adek-adek untuk menjadi apapun sesuai dengan keinginan hati. Tidak ada pekerjaan yang tidak penting, semua saling menunjang, semua mempunyai peranan dan bagian untuk berkontribusi.

My Instagram