Dimuat di Warta Unair No 84, Edisi September 2012 |
Mendapat kesempatan menjadi
student exchanger untuk Student Exchange Programme-International Pharmaceutical
Students’ Federation (SEP-IPSF) adalah anugerah yang luar biasa. Apalagi bidang
yang dipelajari adalah bidang yang jelas-jelas ditekuni, farmasi. Sedikit
banyak, ini bisa dibilang wisata teredukatif dalam hidup dan pikiran bahwa kita
ternyata hanya paham secuil tentang dunia, akan sering terlontar.
Saya, Ni Putu Intan Sawitri Wirayani,
mengalaminya. Semua bermula dari semangat mendunia yang sangat menggebu di
semester 5 yang membuat saya berani melampirkan motivation letter dan
application form di website sep.ipsf.org. Karena kesempatan ke luar negeri
adalah milik semua orang, saya berusaha memperjuangkannya. Akhirnya, saya
berangkat ke kota Taichung, Taiwan dari tanggal 14 Agustus – 5 September 2012,
beberapa hari setelah KKN-BBM 46 berakhir.
Taichung adalah kota terbesar
ketiga di Taiwan, setelah Taipei dan Kaohsiung. Kota ini tak telalu luas namun
dapat menggambarkan keadaan Taiwan sepenuhnya. Kulinernya beragam, tempatnya
unik, dan penduduknya cerdas –mereka menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan
mampu menjadi kawan yang sangat solutif bagi tourist. Di sini, kita dapat menjangkau
berbagai spot dengan mudah, bus kota yang nyaman dan murah adalah pilihan
paling bijak.
Saya tourist? Nyatanya tidak,
saya punya dua minggu lebih untuk menjalani internship program di China Medical
University. Ada tiga program utama yang ditawarkan IPSF untuk student
exchanger, antara lain clinical/ hospital pharmacy, research, dan community
pharmacy. Kesemuanya begitu menarik bagi saya, saya mencoba ketiganya.
Minggu pertama saya habiskan
untuk bidang hospital pharmacy. Saya mengunjungi semua buliding milik China
Medical University Hospital. Selayaknya program magang, saya membantu beberapa
apoteker meracik dan menyiapkan obat dengan mengecek dosisnya terlebih dahulu.
Saya juga diperkenalkan dengan dunia akupuntur dan kemoterapi. Ada satu hari
saya terlibat dalam kegiatan patient education, dimana kita harus memberi
informasi kepada pasien yang menggunakan warfarin (antikoagulan, red) karena
terjadi banyak sekali interaksi obat.
Minggu kedua juga tak kalah
menyenangkan. Saat saya melakukan kunjungan community pharmacy, saya sadar
bahwa apotek-apotek di sini bukan hanya sekedar tempat menjual obat, mereka
adalah sahabat pemerintah untuk sosialisasi National Health Insurance. National
Health Insurance adalah asuransi kesehatan yang dibayar seluruh keluarga setiap
bulan yang digunakan sebagai subsidi semua orang, oleh karenanya biaya obat dan
pemeriksaan sampai perawatan rumah sakit menjadi murah. Mereka juga membawa
misi kesehatan dengan kampanye pencegahan penyakit SARS, pola hidup sehat, dll.
Dan untuk kesemuanya, saya paling
suka bidang research. Karena berkaitan dengan Traditional Chinese Medicine
(TCM), saya belajar mengisolasi dan memurnikan senyawa dengan kadar sangat
kecil menggunakan alat High Performance Liquid Cromatography (HPLC) yang
canggih. Adapun senyawa tersebut diisolasi dari tanaman khas Taiwan yang sering
dikonsumsi. Profesor yang membimbing saya di sana memberi gambaran bahwa
meneliti sesuatu bisa menjadi sangat menyenangkan, apalagi hasilnya dapat
dikembangkan dan berguna bagi masyarakat.
Di akhir pekan, saya mengunjungi
tempat-tempat luar biasa. Taipei 101 building, traditional night market,
gunung, pantai, danau, cycling track, museum sains dan pendidikan, serta
Taichung Rock Festival menjadi sangat berkesan bagi saya.
Tidak ada yang tidak menarik dari
program pertukaran pelajar seperti ini. Kesempatan itu selalu ada, pertanyaannya
apakah kita siap menghadapi kesempatan. Saya memang masih pemula, tetapi satu
hal yang saya yakini sekarang adalah sekali seseorang memperjuangkan dirinya pergi
ke luar negeri untuk hal baik, maka Tuhan akan memudahkannya pergi lagi di
kemudian hari untuk memperluas pengetahuannya.