-Beberapa hari setelah 2017 berjalan-
Perlu lebih
dari 50 kali niat baik untuk kembali ke dunia ini, dunia yang membesarkanku
untuk sekian lama. Aku mengaku, pada beberapa bulan, aku sangat sulit menemukan
ujung dari hal apapun yang aku tulis. Mungkin yang ini adalah salah satu bentuk
ketidakmatangan itu. Aku pernah bertanya pada dasar hatiku, dia mudah sekali
menjawab “itu karena kau sangat perfeksionis!” Dalam kenyataan memang iya,
apalagi jika dikaitkan dengan topik ini, aku ingin menceritakannya dengan
sangat istimewa, aku ingin perasaan sangat bahagiaku tercurah tanpa kehilangan
kadarnya saat dipindahkan. Oleh karenanya, aku menunggu saat yang baik itu
datang. Kemudian aku sadar, baru-baru ini, saat yang baik itu diciptakan.
Kutinggalkan serial barat favoritku, aku berjalan ke kamarku, memutar lagu Vanilla Accoustic – Ugly Winter sebagai backsound, dan menyalakan laptopku. Sudah
kuputuskan, aku kembali. Walaupun tak seapik biasanya, setidaknya aku mulai
menemukan aku yang dulu. Ini bukan intro yang baik, ini hanya pikiran yang
ingin sekali kusampaikan, pada diriku di saat ini.
“Dek, cepet pinjem HP sebentar!”
“HP Ade di-charge, belum sampai 15%.”
“Iya siniin, cukup itu.” Aku mengganggu adikku
terus. Aku merasa harus mengabadikan ini secepatnya. Kupikir hanya ponselnya
yang mampu –ponselnya iPhone 5, jelas lebih baik daripada ponsel seadanya milikku
yang kameranya tak sampai 3.15 MP.
Aku menghabiskan pagiku di halaman depan.
Menentukan angle terbaik, lalu mengevaluasi sudahkah hasilnya sesuai dengan
harapanku. Aku terlihat sangat sibuk sampai melewatkan jam makan pagiku.
Matahari bergeser hingga pukul 10, aku masih sibuk di halaman depan.
“Lihat ini! Lihat Intan dapet apa.” Kejadiannya
persis setelah aku mengerjakan rutinitas pagi, menyapu halaman. Ada satu sampai
sekian hal yang membuatku berlama-lama di depan pohon kamboja depan padmasana.
Yang kemudian kusadari adalah, ada bunga kamboja kelopak 4 persis di depan
mataku. Merekah, merah, dan indah. Aku sangat bahagia.
Ibu dan ayahku menggeleng heran. Namun sepertinya
ayahku sepemikiran denganku, ini langka dan sangat berkesan. Dulu sekali, ayahku
pernah menemukan kamboja kelopak 4 dan bahkan kelopak 6. Beliau menunjukkannya
padaku dan berakhir dengan aku yang biasa-biasa saja, padahal beliau ingin
membagikan kebahagiaannya. Bunga kamboja langka yang ditemukan ayahku itu
kemudian ditelan. Barulah kami berubah dari biasa-biasa saja menjadi kaget.
Menurut cerita lama, bunga ini dapat mengobati penyakit. Tidak terlalu jelas
bagaimana menggunakannya, ya mungkin karena itu ayahku memilih untuk langsung
menelannya saja.
Kembali ke ceritaku, aku sekarang paham bagaimana
perasaan ayahku waktu itu. Setelah berhasil membuat seisi rumah mengetahui
kegembiraanku, ayah dan ibuku bahkan sampai meminjamkan ponselnya. Beliau
kemudian bergantian memfoto bunga kecil wangi yang di pandanganku sudah seperti
berlian itu. Tidak dengan adikku, dia masih sibuk menonton. Lagipula, foto
bunga itu tersimpan di ponselnya, untuk apa sibuk-sibuk.
Apa yang membuat ini menjadi begitu istimewa?
Berbagai literatur mengatakan, bunga kamboja default-nya kelopak 5. Bahkan di
sumber lain, kemungkinan menemukan bunga ini dengan kelopak tidak berjumlah 5
hanya 1 : 1000 (lain cerita jika kau menemukannya ribuan kali –informasi ini
hanya berfungsi untukku saja). Terlepas dari itu benar atau tidak, bunga langka
tersebut akan membawa keberuntungan bagi yang menemukan.
Keberuntungan? Di saat-saat otakku tidak konslet,
aku selalu sadar hidupku penuh dengan keberuntungan (yang dititipkan). Namun
tetap saja, cobalah jadi aku, kau pasti mengharapkan sesuatu yang lebih dari
keberuntungan –seperti mendefinisikan keberuntungan adalah harapan yang
terwujud. Masih duduk di halaman depan dengan bunga kamboja kelopak 4 yang
entah akan kuapakan –sama sekali tak terpikir bagiku untuk menelannya atau
membiarkannya kering dan meletakkannya di dompet seperti yang dilakukan
orang-orang dengan pengalaman serupa, aku berdiskusi dengan Tuhan.
“Jadi benar Tuhan, ini isyarat? Kalau Tuhan tanya
ke Intan hal apa yang kemudian membuat Intan menjadi sangat beruntung, Tuhan
pasti tahu jawabannya, Tuhan selalu tahu tanpa Intan jelaskan. Hidup Intan saat
ini pun keberuntungan. Kalau ada keberuntungan lain yang Tuhan titipkan, jangan
biarkan Intan tidak bersyukur, bantu Intan tetap membumi dengan segala tanggung
jawab yang menyertai keberuntungan ini.”
Aku masuk ke dalam rumah. Kuwadahi air dengan
mangkok cantik lalu kubiarkan bunga kamboja itu menari di permukaannya. Euforia
bunga kamboja ini pasti akan berakhir, namun secara sadar dan tidak sadar aku
sering menyebutnya sebagai salah satu jawaban dari pertanyaan ‘apa prestasimu
sepanjang 2017 ini?’ –yang lainnya adalah berada sedekat itu dengan Arina Ephipania
dan mendapatkan senyumnya sebelum dia mengatakan bahwa aku adalah fans kelas
atas (karena paham lagu-lagu barunya), yang lainnya lagi jelas ada –dalam perjalanan.
“In, penelitian Mama lolos!” Ibuku mengabari kami
bertiga di ruang tengah. Kulihat ibu, adik, dan ayahku sangat bahagia. Aku yang
sedari tadi bermain dengan bunga kamboja di atas air itu pun ikut tersenyum dan
tiba-tiba merasa sangat penuh dari dalam. “Wah ini pasti karena bunga yang
Intan temuin tadi pagi!” kata ibuku. Jadi ini ya Tuhan? Lebih dari berapalah
itu nilai penelitian ibu, kebahagiaan yang datang padaku karena keluarga inilah
keberuntungan yang Tuhan tak ingin aku lupa. 2017 pasti keren, seluruh tahun
selalu keren, kalau aku selalu punya alasan mengapa aku beruntung. Terima kasih
agen Tuhan –bunga kamboja kelopak 4!