Siang
ini terik sekali. Apa boleh buat, matahari sedang menari. Ambil positifnya
saja, setidaknya sekian banyak manusia berhasil menghemat energi, mereka tidak perlu
menghidupkan lampu. Itulah hal kecil yang dipikirkan Arthur, si pohon besar.
Sesekali ia menengadah ke langit, sesekali bergoyang, dan tersenyum menoleh ke
jendela rumah manusia yang berada di dekatnya.
Boy,
seekor sigung, datang dari kejauhan. Langkahnya berisik, kakinya sengaja
diseret-seret. Boy banyak mengeluh tentang kehidupan, tak terkecuali hari yang
panas. Langkahnya dipercepat begitu melihat Arthur yang bergoyang mengikuti
angin, Boy seperti sedang melihat oase.
“Kepanasan
ya, Boy?” sapa Arthur melihat ke bawah, seekor sigung sedang berteduh dalam
rimbun. “Memang aku terlihat seperti orang kepanasan? Itu perasaanmu saja,”
jawab Boy dengan nada sombong, seperti biasa. “Lebih enak jadi aku. Kalau
mataharinya sepanas ini, aku bisa pergi kemanapun untuk menghindari matahari.
Kakiku empat, lincah semua,” katanya lagi.
Arthur
tersenyum. “Kamu nggak bisa pindah
dari situ ya? Aduh kasihan. Coba lihat
aku,” Boy menjadi semakin sesumbar, ia berputar mengelilingi Arthur. Setelah
merasa cukup lelah, ia bersandar pada batang Arthur. “Aku senang di sini, teduh
sekali,” gumam Boy yang sedang terengah-engah.
Sekali
lagi Arthur tersenyum. “Terima kasih, Boy, sudah mau menemaniku yang kesepian
karena tidak bisa berpindah-pindah ini. Terima kasih juga karena kamu senang
berada di bawahku. Ketahuilah, aku tidak pernah merasa tersengat matahari...”
ujar Arhur dengan nada bijaknya. Sebelum Arthur menyelesaikan kata-katanya, Boy
menyela, “tapi tetap saja kamu tidak bisa berpindah-pindah.” “Iya Boy, betul
sekali. Akan tetapi, untuk apa aku berpindah-pindah jika aku nyaman berada di
sini? Untuk apa aku berpindah-pindah, jika aku tidak pernah merasa tersengat
matahari? Aku juga punya tenaga super yang biasa kamu gunakan untuk
menyelamatkan diri, Boy, hanya saja aku berbeda denganmu. Aku menggunakan
tenagaku untuk menghasilkan udara segar sehingga kamu dan seluruh makhluk hidup
bergerak bisa bernapas, makanya tempat ini menjadi teduh.”
Boy
tampak sedang berpikir, lama-kelamaan ia memilih untuk menunduk. “Hidup lebih
bermakna jika kita bermanfaat tidak hanya untuk diri sendiri, Boy, tetapi juga
untuk orang lain dan semua hal di sekitar kita,” jelas Sang Arthur, ia bergoyang
lagi. Kini, matahari tertutup awan, cuaca menjadi tak seterik tadi.