Taipei 101

Hampir setahun yang lalu, namun memorinya masih sama saja, luar biasa!
Memang dari awal keberangkatan, hanya tempat ini yang benar-benar ingin aku datangi. Dan, it was highly recommended!

Perjalananku dimulai dari melihatnya sebagai bangunan paling tinggi di sana. Kapan ya aku sampai?









Aku akhirnya dapat titik terang.




Sebelum naik ke atas, aku harus melintasi parade di depan gedungnya. Tak masalah, ini menghibur. Aku ingat mereka ada di sebuah game.






Ini foto pertamaku bersanding dengan Taipei 101. Terima kasih Tuhan, aku sampai.
Setelah ini ayo ikut aku masuk, masih banyak yang lebih hebat!


Di lantai 5 gedung ini, ada hall yang sangaaaat besar dengan lantai bertuliskan beberapa kota ternama seluruh dunia. Herannya, aku tak melihat Jakarta. Aku hanya, aku hanya melihat, Denpasar.


Oh iya, aku tak kemari sendiri. Ada kawan-kawan yang ceritanya juga ingin menelusuri Taipei 101.
Here they are!

Kita sekarang di lantai 5 yang sekaligus adalah pintu masuk ke lantai 89 Taipei 101. 11 lantai di atasnya hanya dibuka pada beberapa kesempatan saja.


Untuk masuk ke lift, kita harus beli tiket dulu. Sekitar NTD 400 harganya, dan ada diskon khusus pelajar. Syukurlah, KTM Universitas Airlangga berlaku, as well.



Kebetulan ini hari Minggu. Banyak sekali yang memutuskan ber-weekend di sini. Antriannya panjaaaaaaang sekali, tapi semuanya tertib. Ini cermin masyarakat yang baik.



Lift tempatku berdiri saat itu, sanggup tiba di lantai 89 hanya dalam 39 detik.


Lantai 89! Lantai 89! Lantai 89!



Ini pemandangan kota Taipei, dari lantai 89. Langitnya mendung, namun masih mengijinkanku mengabadikan.



Ini spot favoritku! Namanya 'Mail from The Air'.
Kita bisa mengirim surat untuk siapapun entah di mana lokasinya. Saat itu, aku mengirimi ayah ibu dan adikku sebuah kartu pos. Alamatnya jelas, Jawa Timur-Indonesia. Suratnya benar-benar sampai, 2 minggu kemudian, seperti yang dijanjikan.
Kita hanya perlu membayar seharga kartu posnya, tidak ada biaya lanjutan.



Taipei 101 menjual banyak souvenir lucu dan gagah.


Yang ini, namanya Dumper Baby.
Mereka maskot Taipei 101, lihat saja mata dan hidungnya, berasal dari angka 1-0-1. Bukan hanya sekedar maskot, mereka punya fungsi sangat penting. Mereka adalah stabilisator bangunan tinggi ini dari angin dan apapun yang menyebabkannya rapuh. Mereka dalam bentuk sangat besar ada di beberapa lantai di bawah 89.


Aku membelikan ayah ibuku sebuah, yang berwarna kuning. Sekarang sih ada di buffet kaca rumahku.



Ini dia Dumper Baby dalam ukuran besar yang kuceritakan (bulat, warna kuning). Rasanya ini adalah beton yang sangat berat.


Taipei 101 menunjukkan semua miniatur objek wisata di Taiwan. Salah satunya, Love Spot yang terletak beberapa langkah di luar Taipei 101 ini. Aku janji mengunjunginya setelah turun dari lantai 89.



Yah, berakhirlah observasi Taipei 101 ala Intan. Aku dan kawanku tak punya banyak waktu di Taipei, setelah itu kami berencana pergi ke Ximending Night Market (pasar malam terbesar di Taiwan). Terlebih aku, esok harinya, aku harus pergi ke laboratorium untuk studi.



Terima kasih MRT yang mengantar kami ke manapun, selama di Taipei. Bersih, murah, aman, dan nyaman. Semoga ada secepatnya di Indonesia.


Aku mungkin bukan pencerita yang baik, namun semoga foto-foto ini bercerita dengan baik. See ya!

My Instagram