Aku belakangan terlihat tidak seperti biasa, menjalani hidup sekenanya, lalu mengakhiri hari benar-benar datar. Kehidupan seperti itu terus berulang hingga aku terbiasa memanggil diriku sebagai 'orang yang tidak punya pengaruh besar bagi sekitar'. Aku sadar ada yang berubah dariku, bukan caraku membentuk kehidupanku, namun lebih kepadaku caraku berpikir. Belakangan justru memburuk, bukan men-judge orang lain, melainkan diri sendiri secara keji dan sebelah mata.
Dear Intan, jahat sekali ya pikiranmu, menganggapmu seburuk itu! Hatiku pun bergemuruh, aku benci dengan aku yang seperti ini, benci sekali pada pikiranku sendiri.
Sampai suatu hari, mungkin Tuhan geram, Beliau tak ingin aku menghakimi diriku sebagai sosok yang tidak bisa apa-apa, hanya numpang lewat saja di dunia tanpa menjadi arti bagi orang lain.
Di saat pikiran jahatku menang, di saat aku tak paham apakah keputusanku saat ini adalah tepat, aku mendapat dua pesan ini dalam waktu yang hampir bersamaan. Aku butuh ratusan detik untuk mengulang-ulang kalimatnya, mencernanya hingga menemukan bagian yang mebuatku melambung. Astaga, apa yang sudah aku lakukan selama ini pada diriku sendiri? Aku, sebagaimana aku ini, astungkara telah berhasil membuka jalan orang lain untuk menginspirasi. Bukankah itu adalah salah satu tujuan hidup?
Aku ratusan kali meminta maaf pada diriku sendiri. Nyatanya, walaupun aku hanya melakukan hal kecil, hal itu kemudian dapat menjadi hal yang sangat besar bagi orang lain. Mulai saat itu, aku mengubah cara pikirku terhadap diriku sendiri. Aku akan terus hidup sebagai aku, terus melakukan dharma kecil yang aku bisa tanpa paksaan, biarlah sangat kecil hingga tak ada serpihan yang terlihat di permukaan. Kita biarkan waktu yang menjawab. Perbuatan tulus sekecil apapun tak pernah berbohong. Selamat menginspirasi!