http://www.india-forums.com/ |
Selamat sore, jiwa-jiwa yang masih meraba rencana Tuhan.
Ingin melangkah namun tidak jarang memberatkan pandangan pada
keraguan, seluruh diri merasa bisa namun nyatanya tidak pernah benar-benar
berani menghadapi dunia.
Selamat sore, yang masih mendahulukan emosinya sebelum menarik hikmah
besar di balik rencana Tuhan.
Hari itu sudah gelap. Aku baru saja beres sembahyang, di rambutku
masih ada bunga kenanga. Kami sedang di Bali, rumah terasa sangat hangat, ada
ayah ibu dan adikku di ruang tamu. Sedang diputar serial Khrisna, anak titisan
Dewa Wisnu yang sangat luar biasa dan meneduhkan, aku tak ingat siapa yang
menekan tombolnya, yang jelas ini sudah jadi rutinitas –yang tanpa sadar, aku
tunggu. Aku suka sekali bagian ini, kuceritakan pada kawanku saat kami akan
menerbangkan balon sore itu.
Tiga anak perempuan belasan tahun itu sedang bercanda, berjalan
beriringan. Mereka membawa guci besar yang berisi air tepat di atas kepala
mereka. Mungkin sedang membantu ibunya, ini pekerjaan mudah. Tapi tak semudah
itu ketika Khrisna datang, berlari menuju tiga gadis itu. Khrisna jelas sedang
bermain, dia dikejar dan mengejar lawannya di depan. Sampai detik kesekian,
guci berisi air itu tumpah.
Khrisna terkejut lalu cengengesan, seperti biasa. Dia berlari menjauhi
tiga gadis yang terlihat kaget itu, berbalik arah setelah 10 langkah, melihat
reaksi mereka. Benar saja, gadis itu marah-marah. “Aduuuuuh, dasar Khrisna!!!
Lihat apa yang kau lakukan pada guciku? Ibuku pasti marah, kau tahu tidak aku
mengambilnya dari jauh!” katanya setengah menggelegar pada Khrisna, gayanya
khas sekali, ala orang India yang sedang marah-marah, digoyangkan juga
kepalanya sesekali. Khrisna yang mendengar itu hanya tersenyum. Tak lama, dia
berlari lagi, saling berkejaran dengan yang lain, ditinggalkannya gadis-gadis
yang penuh amarah itu.
“Tidak bertanggung jawab! Dasar Khrisna, dia itu nakal sekali,” gumam
satunya pada dua yang lain. Kali ini mereka berjalan dengan dua guci yang
berhasil diselamatkan. Tiba-tiba, cabang pohon besar jatuh hanya beberapa
langkah di depan mereka. Kulihat, lumayan juga terkena cabang pohon itu, bila
di kepala mungkin hingga gegar otak. Tiga gadis itu terdiam, memandangi cabang
pohon besar. Mereka berpandangan. “Ah, terima kasih Tuhan. Terima kasih
Khrisna. Kalau tak kau jatuhkan guciku, mungkin aku sudah kena cabang pohon
ini.” Dua lainnya mengangguk setuju. Mereka terus-menerus mengucapkan terima
kasih pada Khrisna. Khrisna yang sedang berlari mendengarnya sayup-sayup dan
menunjukkan ekspresi ‘mission completed’.
Mungkin dia sedang dalam misi membuat gadis-gadis itu selalu percaya rencana
Tuhan, termasuk saat sesuatu sedang dijauhkan atau dihentikan –Tuhan tidak
pernah mengambil yang baik, kecuali digantikan dengan yang lebih baik.