Resensi #1

Judul: Jendela Hati
Penulis: Wijayanto Samirin
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2014
Tebal Halaman: xiv + 177 halaman
Genre: Inspirasional dan Pengembangan Diri

Yang membedakan diri kita hari ini dan lima tahun ke depan ada dua, dengan siapa kita bergaul dan buku apa yang kita baca. Kita tidak bisa memilih siapa saja yang datang ke kehidupan kita, tetapi kita selalu bisa memilih buku yang akan kita baca. Begitulah kiranya kata yang terus menerus digaungkan seorang sahabat, somehow ada benarnya juga. Jadi, bagaimana kalau mulai membaca? Ada bacaan ringan yang baik sekali, sedang menyapa.

Berukuran 20 x 13.5 cm, buku ini bersampul jendela besar terbuka berwarna merah dengan 2 bentuk hati di kanan dan kirinya. Di tengah gambar jendelanya, terdapat tulisan bijak yang menggugah, “Hidup adalah ladang pembelajaran yang sangat luas. Bahkan, pada tiap kejadian kecil keseharian sejatinya tersimpan pembelajaran sarat makna. Tinggal bagaimana kita membuka jendela hati kita untuk dapat menerimanya.” Buku ini berisi puluhan kisah pendek inspiratif 1-2 halaman yang didapat penulis dari kesehariannya, pengalaman yang didapatkan bersama orang-orang positif seperti Jusuf Kalla, Anies Baswedan, Sandiaga Uno, dll, hingga hal-hal kecil di sekitar yang diamati lalu ditarik sisi menginspirasinya, benar-benar sederhana. Mari kita bahas sedikit isinya.

Di halaman tengah, penulis menceritakan seorang Anies Baswedan yang ditawari menjadi pembicara sebuah acara prestisius di Eropa bersama tokoh-tokoh dunia. Kita yang orang biasa mungkin saja bisa langsung mengiyakan tawaran itu. Bayangkan saja, ke luar negeri, dapat fasilitas melimpah, gratis, semakin terkenal! Namun, berbeda dengan pikiran khalayak, Pak Anies justru menolak karena lebih memilih menjadi saksi pernikahan seorang mantan mahasiswanya. Dalam pandangannya, menjadi saksi sebuah pernikahan adalah suatu kepercayaan besar, karena pernikahan adalah salah satu peristiwa terbesar dalam hidup. Ya, orang bijak berkata, hidup adalah urusan menentukan pilihan. Setiap pilihan yang kita ambil tidak saja akan membentuk diri kita, tetapi juga menggambarkan siapa diri kita yang sesungguhnya.

Di lain cerita, penulis bicara tentang pengalamannya menghadapi kemacetan Jakarta dengan kabin mobil yang lembab karena musim penghujan. Ia singgah sebentar di toko untuk membeli wewangian mobil. Setelah dipasang begitu saja, mood penulis jadi jauh lebih baik, hampir tidak terasa berdiam berjam-jam di mobil. Singkat cerita, saat mengantarkan anaknya ke sekolah, anaknya tidak sengaja menjatuhkan wewangian mobil itu. Penulis terkejut saat mendapati selama ini wewangian itu ternyata belum dibuka kemasannya. Lalu, dari mana asal wangi yang berhasil memperbaiki suasana hatinya? Jika adalah sebuah ilusi, mengapa begitu nyata? Simple, betapa persepsi kita sangat menentukan bagaimana kita melihat dunia.

Satu lagi mungkin, agar lebih tergambar inspirasinya. Saya tertarik pada judul ini ‘Niat Baik, Segerakanlah!’. Penulis kedatangan saudaranya dari jauh karena sebuah kepentingan fundraising dan penulis sangat sengaja meminjamkan mobilnya dengan sedikit paksaan. Mobilnya akan lebih berguna bila digunakan saudaranya, sementara ia bisa pergi ke kantor dengan bus. Siang harinya – 13 September 2000, terjadilah ledakan bom di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Banyak yang meninggal, tak sedikit yang luka-luka. Ledakan berasal dari parkir basement, tak jauh dari tempat penulis memarkir mobil biasanya jika ada rapat di kantor klien. Jika niat baik penulis ditunda atau urung dilakukan, mungkin ia sudah mengorbankan mobilnya. Bagaimana dengan kita?

Masih banyak inspirasi sederhana lain, lebih baik menemukannya sendiri. Di setiap kisah, penulis menekankan hal yang perlu dipikirkan ulang dengan tampilan bold. Pada intinya, penulis mengingatkan kembali bahwa hal-hal yang bagi kita kecil sekali dan tidak berarti, bisa berdampak sangat besar bagi orang lain. Lakukan saja dan kita tidak pernah benar-benar tahu berapa orang yang merasa terbantu/ terselamatkan/ termotivasi, dll –ada lagi cerita tentang better memanggil nama lawan bicara, ikut senang pada pencapaian orang lain, hingga syukur.

Walaupun tidak ada gambar ilustrasi, buku ini sangat mudah diikuti karena sama sekali tak menggunakan bahasa yang sulit, lagipula keseluruhannya dekat sekali dengan keseharian diri. Bagi yang sibuk, 1 cerita per hari untuk mengawali atau justru mengakhiri hari mungkin berguna –tak sampai 5 menit untuk membacanya. Selain jadi lebih positif dalam memaknai hari serta peristiwa dalam hidup, kita juga bisa menebar inspirasi bagi sekitar dengan berbagi cerita. Kali lain di masa depan, bisa jadi kita yang rutin mendokumentasi hal-hal kecil berarti, at least menyempatkan diri membaca hal serupa. Selamat membaca, selamat menginspirasi! J

My Instagram